Ana Uhibbuka Fillah - Kitab Al-Adab Al-Mufrad
Bersama Pemateri :
Ustadz Syafiq Riza Basalamah
Ana Uhibbuka Fillah merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. dalam pembahasan Kajian kitab Adabul Mufrad karya Imam Bukhari Rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 16 Rabbi’ul Tsani 1440 H / 24 Desember 2018 M.
Download juga kajian sebelumnya: Menjenguk Orang Yang Sakit Mata – Kitab Al-Adab Al-Mufrad
[sc:status-adabul-mufrad-ustadz-syafiq-riza-basalamah-2014]Bab 248 – Ana Uhibbuka Fillah – Apabila seseorang mencintai saudaranya hendaklah dia memberitahukan.
Bicara cinta, cinta ini ada cinta syahwat, lelaki cinta kepada wanita, manusia cinta kepada harta, cinta kepada kedudukan. Tapi ada cinta yang karena Allah Jalla Jalaluhu. Kita mencintai seseorang karena Allah mencintai dia, karena dia mencintai Allah, karena dia beribadah kepada Allah, kita mencintai Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kita mencintai istri-istri Nabi, kita mencintai Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali. Kita tidak pernah jumpa dengan mereka, tapi ada cinta di hati kita kepada mereka. Sehingga kita ingin meneliti dan mengikuti jalan mereka.
Al-Imam Bukhari menyebutkan beberapa hadits berkaitan dengan cinta kepada saudara kita. Ada Muslim, tetangga kita. Kita lihat dia taat, Masya Allah suka mengaji, suka shalat malam, suka bersedekah. Kenapa kita tidak cinta dengan dia? Seharusnya kita mencintai dia.
Sekarang ini, kebanyakan hubungan kita dibangun diatas kepentingan, bukan cinta. Apalagi ditahun politik, seseorang membangun cinta dan loyalitasnya diatas partai. Jika pilihannya sama, berarti dia saudaraku. Jika pilihannya berbeda, afwan selamat tinggal. Bahkan kadang kala ada satu saudara dia yang taat tapi dari partai lain, bukan dari partai dia, dia benci. Karena berbeda warna bajunya. Allah mengatakan:
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ ﴿٦٧﴾
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 67)
Yang cintanya karena takwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bukan karena partai, bukan karena harta, bukan karena satu tim. Cinta karena sama-sama pemain bola lalu benci dengan tim yang lainnya padahal lebih taat. Hati-hati, jangan sembarangan meletakkan cinta.
Imam Bukhari mengatakan:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ : حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ ، عَنْ ثَوْرٍ قَالَ : حَدَّثَنِي حَبِيبُ بْنُ عُبَيْدٍ ، عَنِ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِي كَرِبَ ، وَكَانَ قَدْ أَدْرَكَهُ ، قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُعْلِمْهُ أَنَّهُ أَحَبَّهُ
“Musaddad menceritakan kepada kami, ia berkata: Yahya bin Sa’id menceritakan kepada kami dari Tsaur, ia berkata: Habib bin ‘Ubaid menceritakan kepadaku: Dari al-Miqdam bin Ma’dikarib ia menjumpainya, ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Jika salah seorang diantara kalian mencintai saudaranya hendaklah ia memberitahukan kepada saudaranya itu bahwa ia mencintainya`”
Lihatlah, agama ini diambil seperti ini, bukan katanya. Kita beragama bukan sesuai dengan nafsu kita. Malah nafsu kita harus ikut syariat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena ketika kita menyinggung masalah mengucapkan selamat natal yang diperdebatkan karena sebagian membolehkan dan sebagian melarangnya. Jangan ikuti nafsu kita. Jangan cari maslahat untuk diri sendiri, kepentingan. Kita hidup berdampingan dengan non muslim, ada hukum-hukum yang harus kita jaga. Hidup bernegara ada aturannya, hidup beragama ada aturan. Jangan sampai ditabrakkan antara aturan agama dengan aturan negara kita. Kita harus lebih mementingkan Allah dan RasulNya daripada seluruh umat manusia.
Ingat, cinta karena Allah. Dimasa yang banyak rusak fitrah manusia, LGBT di negeri kita tersebar. Jadi kalau ucapan, “Ana cinta sama antum”, nanti dipahami salah oleh mereka. Karena mereka tidak kenal cinta kepada Allah Subhanahu ta’ala, cinta karena Allah, cinta untuk Allah, cinta demi Allah. Mereka hanya tahu cinta syahwat seperti syahwat binatang kadang kala. Itu mereka pahami. Maka kita beritahu kalau kita cinta kepada Fulan. Ini cinta karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jadi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan, “hendaklah dia memberitahu.” Agar saling mencintai. Awalnya hanya dari satu sisi. Dia tidak tahu kalau kita cinta dengan dia. Maka dengan menginformasikan kepada dia, “Ana Uhibbuka Fillah (aku mencintaimu karena Allah Subhanahu wa Ta’ala). Apa jawabannya? Dia akan mengatakan, “Ahabbakalladzi ahbabtani lahu (Semoga Allah mencintaimu yang engkau mencintaiku karenaNya). Sehingga dengan kita menginformasikan, akan tumbuh benih-benih saling mencintai. Yang akan mengantarkan saling menasehati, yang akan mengantarkan saling mendo’akan. Karena mereka tahu kalau dia mencintai dia karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga dia pun ketika membesuk saudaranya ini, membusuknya karena cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan itu penting. Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyuruh kita.
Hadits No. 543
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بِشْرٍ قَالَ : حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ قَالَ : حَدَّثَنَا سُفْيَانُ ، عَنْ رَبَاحٍ ، عَنْ أَبِي عُبَيْدِ اللَّهِ ، عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ : لَقِيَنِي رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخَذَ بِمَنْكِبِي مِنْ وَرَائِي ، قَالَ : أَمَا إِنِّي أُحِبُّكَ ، قَالَ : أَحَبَّكَ الَّذِي أَحْبَبْتَنِي لَهُ ، فَقَالَ : لَوْلَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِذَا أَحَبَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فَلْيُخْبِرْهُ أَنَّهُ أَحَبَّهُ مَا أَخْبَرْتُكَ ، قَالَ : ثُمَّ أَخَذَ يَعْرِضُ عَلَيَّ الْخِطْبَةَ قَالَ : أَمَا إِنَّ عِنْدَنَا جَارِيَةً ، أَمَا إِنَّهَا عَوْرَاءُ
Yahya bin Bisyr menceritakan kepada kami, ia berkata: Qabishah menceritakan kepada kami, ia berkata: Sufyan menceritakan kepada kami dari Rabah, dari Abu ‘Ubaidillah: Dari Mujahid, ia berkata, “Salah seorang Sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menemuiku, lalu ia menepuk pundakku dari belakang dan berkata, “Aku mencintaimu.” Lalu ia berkata, ‘Semoga Allah mencintaimu yang (Dia telah) menjadikannya engkau mencintaiku karena-Nya.’ Kalau sekiranya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak bersabada, ‘JIka seorang laki-laki mencintai laki-laki lain, hendaklah ia memberitahukan bahwa ia mencintainya,’ engkau tidak akan aku beritahu.`” Ia berkata, “Lalu ia menawarkan kepadaku lamaran seraya berkata, ‘Aku mempunyai seorang budak wanita, (namun) matanya buta sebelah.`”
Ingat, cinta ini bukan cinta syahwat. Lelaki mencintai lelaki, yang ada gay sekarang ini. Ketika mereka jauh dari ajaran agama, mereka tidak kenal cinta yang diridhai. Yang ada lebih kepada nafsu dan syahwat. Kalau Allah mencintai kita, apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita? Kalau Antum punya kenalan orang kuat, orang penting, penguasa, Antum akan merasa nyaman hidupnya. Proyek-proyek mudah sekali, pelanggaran-pelanggaran kadangkala dimaafkan, karena dicintai. Bagaimana kalau Allah mencintai kita? Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إذا أَحَبَّ اللهُ -تعالى- العَبْدَ، نَادَى جِبْرِيلَ: إنَّ اللهَ تعالى يُحِبُّ فلاناً، فَأَحْبِبْهُ، فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، فَيُنَادِي في أَهْلِ السَّمَاءِ: إنَّ اللهَ يحِبُّ فلاناً، فَأَحِبُّوهُ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ القَبُولُ في الأرضِ
“Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan menyeru Jibril, ‘Sesunggunya Allah mencintai fulan, maka cintailah dia.’ Maka, Jibril pun mencintai orang tersebut, lalu Jibril menyeru kepada penghuni langit, ‘Sesungguhnya, Allah mencintai fulan, maka cintailah fulan.’ Maka, penduduk langit pun mencintainya, kemudian ditetapkan baginya penerimaan di hati penduduk bumi.” (HR. Bukhar dan Muslim)
Lalu Sahabat ini mengatakan, kenapa dia mengungkapkan cintanya? Apa alasan dia? Alasannya adalah agama, alasannya ajaran Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam, alasannya begini aturannya. Bukan nafsunya, bukan syahwatnya, bukan pikirannya, bukan logikanya, bukan. Tapi Sahabat ini mengatakan, “Andaikata bukan karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Kalau sekiranya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak bersabada, ‘JIka seorang laki-laki mencintai laki-laki lain, hendaklah ia memberitahukan bahwa ia mencintainya,’ engkau tidak akan aku beritahu.`”
Begitupula dalam agama yang lainnya. Dalam urusan agama, jangan melangkah kecuali ada arahan. Subhanallah, kita bisa melihat aturan di sebuah pemerintah, aturan di militer, aturan di kepolisian, itu yang namanya prajurit, yang namanya anak buah tidak akan mengangkat kecuali sesuai dengan aturan. Kita hidup di dunia sebagai seorang Muslim, sebagai hamba Allah ada aturannya. Tinggal Antum mau belajar tidak aturan agama? Ini yang kita lihat.
Kita Muslim, mau melangkah, mau berbicara dalam urusan agama ada aturannya. Dalam urusan dunia, juga diatur dengan agama kita. Maka di sini Sahabat menjelaskan bahwa dia mengatakan ini karena ada haditsnya, karena ada aturannya, bukan karena keinginan Sahabat. Sami‘na wa atha’na, itulah seorang Muslim.
Lalu menawarkan pernikahan. Kita lihat ketika orang mencintai karena Allah, apa ingin Antum kasih dengan orang karena Antum cinta dengan dia. Dan kita bisa melihat bagaimana orang tua ketika mencintai anaknya. Bahkan sampai jantungnya jika diminta akan diberikan.
Hadits No. 544
Imam Bukhari menyebutkan:
حَدَّثَنَا مُوسَى قَالَ : حَدَّثَنَا مُبَارَكٌ قَالَ : حَدَّثَنَا ثَابِتٌ ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا تَحَابَّا الرَّجُلَانِ إِلَّا كَانَ أَفْضَلُهُمَا أَشَدَّهُمَا حُبًّا لِصَاحِبِهِ
Musa menceritakan kepada kami, ia berkata: Mubarak menceritakan kepada kami, ia berkata: Tsabit menceritakan kepada kami: Dari Anas, ia berkata: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Tidaklah dua orang saling mencintai melainkan yang lebih utama di antara keduanya adalah yang lebih besar cintanya kepada sahabatnya.`”
Subhanallah, ngomong cinta mudah. Tapi bukti cinta itu yang akan dilihat. Cinta tempatnya di hati, raga kita, tubuh kita akan menunjukkan bahwa kita mencintai. Orang yang mencintai orang lain biasanya akan mengikutinya. Gayanya akan diikuti. Makanya kalau kita lihat orang yang cinta dengan artis, cinta dengan pemain film, cinta dengan pemain bola, cinta dengan penyanyi, dia akan ikutin gayanya.
Simak pada menit ke-29:51
Download mp3 kajian ilmiah tentang Ana Uhibbuka Fillah – Kitab Al-Adab Al-Mufrad
Podcast: Play in new window | Download
Jangan lupa untuk membagikan rekaman kajian ini ke saudara-saudara kita atau teman-teman kita baik itu melalui Facebook, Twitter, Google+, atau media yang lainnya agar kebaikan ini tidak berhenti begitu saja. Jazakumullahu khairan.
Pencarian: ana uhibbuka fillah artinya, ana uhibbuka fillah untuk perempuan. tulisan arab ana uhibbuka fillah dan artinya, ana uhibbuka fillah arab, tulisan bahasa arab ana uhibbuka fillah, balasan ana uhibbuka fillah, ana uhibbuka fillah mp3, ana uhibbuka fillah artinya, ana uhibbuka fillah untuk perempuan. tulisan arab ana uhibbuka fillah dan artinya, ana uhibbuka fillah arab, tulisan bahasa arab ana uhibbuka fillah, balasan ana uhibbuka fillah, ana uhibbuka fillah mp3
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46725-ana-uhibbuka-fillah-kitab-al-adab-al-mufrad/